Weekly post

  • Posted by : Sang Pemburu Ilmu Wednesday, August 21, 2019

    Ada 3 prinsip : *_LOOK, LISTEN, LINK_.*


    _Dan untuk kita sabagai seorang manusia, semua mempunyai pontensi untuk salah dan menghadapi permasalahan. Mari kita menjadi muslim yang (1) Selalu Memaafkan, (2) Selalu Bersyukur, (3) Mengingat Mati, dan (4) Beraqidahkan Kuat._

    ===========================================
    Nah Sebenarnya hasil dari Seminar kemarin, penulis simpulkan hanya disini. Secara teorinya nanti bisa kita share file materi seminarnya.
    *_.....Bersambung....._*
    ===========================================

    Tapi secara pratik ternyata panjang sangat prosesnya, bahkan saling berkesinambungan antara kejadian satu dengan kejadinan yang lainnya, meski kejadian yang satu itu terjadi sudah lama bahkan sejak masa-masa pra-kehidupan (maaf ini istilah penulis sendiri,..), di kandungan sang bunda. Iya, masa-masa perkembangan saat di rahim, setelah lahir, usia balita, usia 7 tahun pertama, 7 tahun kedua, dan 7 tahun ketiga dll.
    Maka dari itu kita sebagai orang tua, mari pahami fase perkembangan anak-anak kita di berbagai usianya dan fasenya :

    1.       7 tahun pertama (0 – 7 Tahun)

    Di fase inilah kita sebagai orang tua harus Hadir, Degar, dan Ikatan yang baik agar muncul kenyamanan pada diri buah hati.
    Disini penulis membagi menjadi tiga fase/masa :
    a)      Masa Pra Kehidupan (Kandungan/Rahim)
    Ini adalah masa yang sangat penting dalam awal pertumbuhan anak, perhatian orang tua (ayah –ibu), keadaan psikologis ibu.
    Nah disini peranan pasangan(suami) dan keluarga sangat vital, terkhusus suami untuk selalu menjaga kondisi kesehatan istri (baik fisik dan perasaannya). Karena apa yang dirasakan/terjadi pada bunda, akan senantiasa berpengaruh ke janin.

    b)      Pasca lahir (1 tahun pertama)
    Di fase ini bisa menjadi fase yang kritis, kedekatan orang tua/orang sekitar dengan bayi/anak sangatlah penting. Jika pada fese sebelum terjadi hal-hal yang buruk terhadap ibu. Di fase inilah orang tua bisa memperbaikinya, tapi misal di fase dalam kandungan tidak terjadi apa-apa atau ibu normal, sehat dll. Tapi di fase ini bayi/anak tidak mendapatkan hal yang semestinya dia dapat, nah ini yang lebih fatal.
    Di fase inilah satu dengan yang lain dalam keluarga, antara suami dan istri (orang tua) mempunyai peran yang luar biasa. Kenapa? Di fase ini penulis dan mungkin ada diantara kita menilai bayi hanya bisa nangis, senyum, minum asi dan itu-itu saja. Hal tersebut jangan anggap hal yang biasa saja, iya butuh kehadiran dan kehangantan kita (orang tua).
    Yang selanjutnya kita sebagai suami jangan beranggapan bayi di usia ini hanya butuh ibunya saja. Minum ASI, ganti popok, mandiin, nyuapin dll itu hanya kewajiban istri atau ibunya saja. Sungguh sangat disayangkan. Karena kenapa? Di fase anak-anak terutama di fase ini, sentuhan ayah itu sangat berarti bagi si kecil. Cobalah, misal dalam satu pekan sekali seorang ayah ikut dalam aktivitas dengan si kecil, bisa memandikan, memijat, memeluk, komunikasi dll.
    Intinya hadirkan kehangatan untuk si kecil bukan hanya dari sang ibu tapi juga dari ayah.
    Ayah Bunda hadirnya kalian di fase ini sungguh mempunyai peranan penting terhadap perkembangan buah hati.

    Mari kita lakukan....

    _“Sentuhan adalah bahasa non verbal yang efektif, yang mungkin kita tidak bisa menginterpretasikan dengan kata-kata.”_

    c)       Balita
    Di fase ini anak sudah mulai bisa belajar meniru, mengikuti apa yang kita lakukan. Beri pengajaran yang tepat ke buah hati kita, terutama lingkungan.
    Misal anak usia TK/PAUD hadirkan rasa inisiatif dan berikan apresiasi terhadap apa yang mereka lakukan.

    Mari kita hadir dalam setiap fasenya. Lihat, dampingi dan hadir di setiap perkembangan dirinya. Dari motoriknya, kognitifnya, bahasa, sosial emosional nya dan moral spiritualnya.
    Di sini penulis menyebut fase dimana anak-anak kita ibaratkan seorang *Raja*. Kita layani anak kita dengan sebaik-baiknya. Tugas kita sebagai orangtua adalah agar pada masa ini anak kita mendapatkan stimulus yang tepat. Hal itu bertujuan agar otak anak dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian kita dapat membangun pondasi yang kokoh selama masa perkembangan otak anak.

    Di fase ini belum saat nya anak mendapat larangan ayah bunda, karena larangan hanya akan memunculkan rasa inisiatif untuk mencobanya di belakang kita.

    *_”Fase Perkembangan di masa bayi adalah sebuah pondasi, jika kita gagal membangunnya, jangan harap bangunan diatasnya akan kokoh..”_*

    2.       7 tahun kedua (7 – 14 Tahun)

    Masa ini adalah masa pendidikan dan bimbingan bagi anak. Status anak pada fase ini penulis sebut fase anak sebagai tawanan atau prajurit. Rentang usia mereka adalah pada 7 – 14 tahun atau pra remaja. Di fase inilah, anak kita memulai jalani masa-masa ‘penggemblengan/orientasi’ untuk dapat membentuk karakter pada dirinya.

    Nah inilah fase yang penulis sering hadapi, anak-anak/santri-santri yang masih mencari jati dirinya.  Maka dari itu kita sebagai orang tua juga harus bisa memposisikan anak kita, jangan sampai anak kita sudah masuk di fase ini tapi pola pengasuhan kita masih seperti mengasuh anak fase sebelumnya.

    Banyak dulu orang tua yang pesen (terutama orang tua santri baru) ke penulis, _“Pak, ini anak saya belum bisa begini, begitu dll,....”_ bahkan ada yang menyampaikan, _”Pak, anak saya itu tidak bisa tidur kalau tidak bareng saya”._ (Dalam hati penulis, ibu ikut mondok sekalian saja njih.. he he).

    Pernah penulis membaca pesan dari KH. Hasan Abdullah, _“ Kalau mau punya anak bermental kuat, orangtua-nya harus lebih dulu kuat”_.

    Di fase kedua ini sangat bertolak belakang dengan fase yang sebelumnya, dari masa yang penuh kebebasan ke masa yang penuh aturan. Nah, disinilah perlu komunikasi terbaik antara anak dan kita (orang tua) agar anak-anak mampu menjalani ttansisi ini dengan baik, agar supaya anak-anak kita tidak kaget dan mampu beradaptasi.

    Di fase inilah anak-anak juga mengalami apa yang disebut masa puber, dan sering anak-anak menjadi seperti menjauhi kita, seperti sudah bisa menjalani semuanya dengan sendiri dll. Nah ini perlu peranan orang tua yang Hadir yang dapat memberi kenyamanan, Hadir yang dapat menjadi pendengar curhat yang baik. Karena kenapa, banyak anak-anak yang salah ketika mau cerita sebuah masalahnya. Disinilah peranan kita sebagai orang tua sangat urgent.

    * _“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat pada usia 7 tahun dan pukullah mereka untuk shalat pada usia 10 tahun serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR Abu Dawud dan al-Hakim)_*

    3.       Fase 7 tahun ketiga dan setelahnya (14 Tahun ke atas)

    Dan di fase ini, penulis mengibaratkan anak-anak kita sebagai sahabat atau teman, yang mana dalam menentukan pilihanpun lebih diutamakan musyawarah, diskusi bareng, ngobrol bareng, Qtime-an bareng dll. Jangan terlalu mendikte dirinya, karena itu mungkin bisa membuat ia sulit menemukan potensinya. Di sini sebaiknya kita sebagai orang tua memerankan peran sebagai navigator, sebagai pengingat jika anak kita salah dalam mengambil jalan. Mari jadi partnernya, sahabatnya.

    Dan diakhir tulisan ini, penulis mengajak diri penulis sendiri khususnya dan kepada kita semua baik yang sudah dan mau merencanakan jadi orang tua (tapi cari dulu separuh imannya dulu ya...), baik kita sebagai ustadz/ah, TU, Admin dan semua apapun posisi kita, mari *HADIR*, Menjadi pen*DENGAR* yang baik, dan tumbuhkan *IKATAN* terbaik antara dirinya dengan diri kita. Dan jangan sampai kita melepaskan kesempatan pengasuhan terbaik kepada anak-anak kita.



    Dari Abu Rifdah... bukan Abu Janda ya...

    Pembaca yang baik, berikan komentar, kritik dan saran demi tercapai kesempurnaan blog ini. Terima kasih atas kunjungannya

    0 comments

  • Copyright © - All Right Reserved

    MUTIARA HATI Powered by Blogger